Selasa, 14 Juni 2011

Jangan Siakan Masa Tua ORTU Kita!!

Sore itu, aku dan teman-teman akhwat IRMA GA mengunjungi PANSOS (Panti Sosial) yang  letaknya tak begitu jauh dari kost-kostan kami. Pada departement humas IRMA GA, suatu Ikatan Remaja Masjid yang ada di sekitar lingkungan kostku, agenda silaturahim merupakan program kerja yang harus  dilaksanakan oleh-oleh pengurus dan anggota IRMA itu sendiri.
Sebagaimana yang aku katakan sejak awal, agenda kali ini adalah mengunjungi panti sosial. Letak Panti sosial itu dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Lima menit tak terasa kami telah memasuki gerbang panti itu. Penataan ruangan yang ada di panti itu cukup rapi. Para jompo yang ada disana dibedakan ruangannya berdasarkan tingkat kemampuan mengurus diri dan kewarasan. Hmm, terbayang nggak jika ada tingkat kemampuan mengurus diri dan kewarasan,.Yah, begitulah keadaan disana. Para jompo yang masih bisa mengurus dirinya sendiri ditempatkan di tempat yang layak huni, seperti halnya rumah kita yang keadaanya bersih dan rapi (hmm, jadi kesinggung nih yang kostnya amburadul,,hehe).
Sedangkan para jompo yang tak bisa lagi mengurus dirinya seperti berpakaian, makan, minum, bersih, kotor sudah tidak bisa mereka kenali perbedaannya, bahkan matipun tak lagi ada dipikiran mereka, ditempatkan di ruangan yang jika anda memandangnya, kalian pasti tidak akan tahan memandangnya, apalagi memasukinya.

Aku dan teman-teman akan bersilaturahim dengan seorang nenek. Kami akrab memanggilnya Mbah Madura, bukan berarti ia berasal dari pulau Madura, tapi yang jelas iapun sudah lupa namanya sendiri.
Mbah Madura adalah seorang nenek yang hidup sebatang kara. Anak dan suaminya telah meninggal. Hanya ada anak tirinya yang ia asuh dari kecil, tetapi tak tahu dimana tempat tinggal anak tirinya tersebut.
Kini tinggalah mbah Madura sendiri di gubuknya.
Keadaan yang dialami mbah Madura sangatlah miris. Ia tak bisa lagi bangun dari tempat tidurnya, sehingga aktivitasnya hanya ada di tempat tidur itulah.
Makan dan minum biasanya selalu dianterin oleh mahasiswa Ikatan Remaja Masjid GA secara bergantian. Hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan, rutinitas mengantarkan mbah makan dilakukan oleh ikhwan dan akhwat IRMA GA secara bergilir. Jika ikhwan pagi dan sore, maka akhwat siangnya. ataupun jika akhwatnya mengantar pagi dan sore, maka ikhwan siangnya. Tetapi, semuanya itu tak bisa sepenuhnya dilakukan oleh IRMA GA, karena rata-rata dari anak-anak IRMA GA adalah mahasiswa yang dituntut untuk belajar dan mengemban amanah dari orang tua. Jadi, anak-anak IRMA GA tak bisa sepenuhnya bisa mengurusi mbah madura setiap waktu, sehingga muncullah ide untuk menempatkan mbah ke panti sosial saja, karena disana insyaAllah mbah bisa terurus dengan baik.

Yah, begitulah sekilas perjalanan pemindahan mbah Madura ke panti sosial.
Mbah Madura ditempatkan di ruangan yang paling ujung dari panti sosial. Keadaan ruangan disana sangatlah miris. Bau, kotor, dan pengap, lengkap menghiasi ruangan mbah madura.
Mbah ditempatkan bersama para jompo yang tak bisa mengurusi dirinya sendiri. Ketika kami bertemu dengan mbah, keadaan mbah sangat menyedihkan. Tak ada pakaian yang melekat di badannya, badannya kurus tinggal tulang. Kami lihat ternyata mbah sedang makan bersama para jompo lain di ranjang tidur mereka masing-masing. Aku melihat jompo lain membuang makanannya di bawah ranjang tidur mereka. Jelas saja ruangan itu kotor, karena para jompo disana tak mampu lagi untuk berdiri apalagi berjalan keluar ruangan untuk membuang sampah ataupun buang air. Jadi, bisa dibayangkan kawan, aktivitas apa saja yang mereka lakukan di ranjang mereka. Makan, minum, bahkan buang air, terjadi diatas ranjang itulah.
Sungguh menyedihkan. Bayangkan jika posisi itu adalah orang tua kita. Tegakah kita. Tak tahu terimakasihkah kita. Hmm,,aku yakin teman-teman tidak akan seperti itu. Jangan sia-siakan masa tua orang tua kita, karena kapan lagi kita bisa membalas jasa mereka kalau tidak pada saat merawat mereka pada masa tuanya. Meski memang, semua itu tidak akan terbalaskan secara utuh jika membayangkan ketika mereka merawat kita semasa kecil.
Bulir hangat di mataku tak terasa mengalir ketika melihat keadaan mbah seperti itu. Teman-temankupun juga tak bisa membendung air mata mereka.



Mbah Madura, kenangan denganmu membuat diri ini untuk terus belajar berbakti kepada orang tuaku.Sekelebat wajah orang tuaku membayangiku. Ibu...Ayah, semoga kalian sehat-sehat saja disana. Terimakasih atas jasamu. Terimakasih atas kasih sayangmu.
I LOVE you IBU
I Love you AYAH


Mari kita selalu do'akan ibu dan ayah, umak dan bak, mama dan papa kita di setiap sholat kita


 


“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”

Semoga catatanku ini, bisa bermanfaat bagi kita semua. Bahwa jangan pernah sedikitpun kita sia-siakan masa tua orang tua kita. Rawatlah mereka. Karena jika bukan kita, maka siapa lagi !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar